WhatsApp Blast Gratis

 

Mengenal Proses Marketing 1.0 hingga Marketing 5.0

Seiring waktu cara memasarkan produk atau jasa telah mengalami beberapa strategi dengan tujuan yang sama, yakni : Terjual!

Proses pemasaran dapat dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan tim yang yang bentuk untuk menginformasikan produk kepada pelanggan atau pasar yang dimiliki. Tak hanya pada praktis promosinya saja, namun juga mencakup keseluruhan pemasaran.

Mulai dari perencanaan, riset pasar, penyusunan strategi pemasaran, eksekusi penjualan, upaya promosi, melayani pelanggan, hingga layanan after sales yang diberikan. Semua ini masuk dalam satu rangkaian proses pemasaran yang wajib disusun secara matang.

Adapun poses pemasaran yakni :

1. Riset Pasar, Dasar Semua Aktivitas Pemasaran.
2. Penyusunan Strategi Pemasaran.
3. Eksekusi Strategi Pemasaran.
4. Monitoring dan Kontrol Eksekusi.
5. Evaluasi.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka perlu beberapa strategi pemasaran atau sistem marketing yang sedang berlaku di pasar/market/masyarakat yang di targetkan.

Hingga saat ini strategi marketing berkembang. Dari Marketing 1.0 hingga Marketing 5.0.



Apa itu Marketing 1.0 hingga Marketing 5.0?

Marketing 1.0 : Berpusat pada Produk.

Marketing 1.0 muncul disaat periode revolusi industri pada awal tahun 1900- an. Dahulu, para perusahaan memfokuskan upaya pemasarannya melalui pendekatan product – centric marketing.

Tujuan utamanya adalah menciptakan produk dan jasa yang sempurna, yang menghasilkan nilai tertinggi dalam benak pelanggan. Produk dan jasa yang menang adalah mereka yang memiliki fitur dan keunggulan yang lebih lengkap dibanding pesaingnya.

Dengan tujuan memberikan manfaat terbaik untuk pelanggan,, perusahaan mematok harga yang lebih tinggi untuk produk dan jasa setelah beberapa waktu. Jadi, konsep pemasaran yang diciptakan selama masa ini berfokus pada pengembangan produk dan manajemen siklus hidup produk serta menciptakan empat P terbaik (product, price, place, dan promotion). Kepuasan pelanggan menjadi tujuan utama.

Akan tetapi kekurangan terbesar Marketing 1.0 adalah bahwa perusahaan-perusahaan sering mendorong konsumen menggunakan apa yang tidak mereka butuhkan, yang pada gilirannya menciptakan kultur konsumerisme.

Pada era tersebut, perusahaan fokus untuk menciptakan produk-produk terbaik sehingga perusahaan bekerja dengan cara product-driven. Era ini terjadi ketika perekonomian di Amerika Serikat (AS) pada masa itu tengah berada pada kondisi yang sangat baik.

Namun, lanskap dunia pemasaran berubah ketika AS mulai mengalami sejumlah kendala pada perekonomian mereka. Saat itu, muncul istilah Marketing 2.0 yang menitikberatkan pada customer-oriented.

Marketing 2.0: Berpusat pada Pelanggan.

Setelah gerakan kultur tandingan -dan anti konsumerisme- yang terjadi antara pertengahan 1960-an dan pertengah an 1970-an, pemasaran berkembang menjadi formula yang lebih berpusat pada pelanggan. Hal itu kemudian diperkuat dengan terjadinya resesi di awal 1980-an, yang berujung pada turunnya daya beli konsumen secara signifikan. Perilaku hemat Boomers-akhir dan Generasi X menjadi tantangan utama bagi pemasar.

Karenanya di era Marketing 2.0, pembahasan utamanya berpusat pada pemahaman tentang segmentasi, penargetan, dan pemosisian. Perusahaan-perusahaan tidak lagi menciptakan produk dan jasa yang sempurna untuk semua orang. Mereka lebih banyak mempelajari pasar yang menjadi target dan dengan tajam mendefinisikan pemosisian pasar mereka. Perusahaan-perusahaan menyingkirkan fitur dan asesoria tambahan, dan berfokus pada fitur produk terpilih berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal itu terlihat pada level penetapan harga yang tepat untuk target yang dituju.

Setelah beberapa waktu, perusahaan juga melakukan upaya yang lebih kuat untuk membangun relasi dengan pelanggan. Pemasar menerapkan pendekatan “manajemen relasi pelanggan untuk mempertahankan pelanggan dan mencegah mereka berpindah ke pesaing. Tujuannya beralih dari “kepuasan pelanggan” ke “mempertahankan pelanggan”.

“Mulai muncul segmentasi di era Marketing 2.0 karena setiap customer memiliki needs yang berbeda-beda. Perusahaan pun mulai menciptakan berbagai jenis produk dengan harga yang lebih affordable sesuai dengan sasaran customer yang dituju,” ungkap Iwan Setiawan, CEO of MarkPlus, Inc., dalam gelaran virtual Marketing 5.0 Technology for Humanity Webinar Series di Jakarta beberapa tahun lalu di hari Rabu 14 Oktober 2020.

Marketing 3.0: Berpusat pada Manusia.

Kebangkitan Generasi Y-dan krisis finansial global-pada akhir 2000-an memicu satu lagi evolusi pemasaran yang signifikan. Diberdayakan oleh akses bebas atas informasi dan terganggu oleh skandal industri finansial, Generasi Y mempunyai level kepercayaan yang rendah terhadap korporasi yang memiliki motif laba semata.

Generasi Y menuntut perusahaan menciptakan produk, jasa, dan kultur yang membawa dampak sosial dan lingkungan yang positif. Karena itulah kemudian muncul era pemasaran yang berpusat pada manusia atau Marketing 3.0. Perusahaan-perusahaan mulai menanamkan praktik pemasaran yang etis dan bertanggung jawab secara sosial ke dalam model bisnis mereka.

Marketing 1.0 hingga 3.0 merupakan era bagi pemasaran tradisional. Kehadiran dunia digital kemudian mengubah lanskap tersebut dan memunculkan kehadiran era baru, yakni Marketing 4.0.

Marketing 4.0: Dari Tradisional ke Digital.

Digitalisasi semakin melengkapi tren menuju sentralitas manusia. Generasi Y-dan pada batas tertentu juga Generasi Z condong ke arah ekonomi digital. Kebangkitan internet mobile, media sosial, dan lokapasar telah mengubah jalur pelanggan untuk membeli. Pemasar beradaptasi dengan perubahan tersebut dengan mengomunikasikan dan mengirimkan produk dan jasa mereka melalui kehadiran omnisaluran. Mereka mulai bergerak dari tradisional ke digital dan mengimplementasikan Marketing 4.0.

Pada era ini dikenal pula New Customer Experience (CX) yang terjadi pada setiap tahapan customer journey.

Menurut Iwan, customer journey terdiri dari lima tahapan yang disebut dengan 5A (Aware, Appeal, Ask, Act, dan Advocate).

Tahap Aware berbicara mengenai bagaimana customer mengenal suatu produk atau brand, diikuti dengan tahap Appeal ketika customer mulai tertarik dengan produk atau brand tersebut.

Di tahap selanjutnya, customer akan berusaha untuk mencari tahu lebih dalam mengenai produk atau brand terkait (Ask). Jika informasi yang diperoleh berhasil meyakinkan customer, maka ada kemungkinan customer akan melakukan pembelian (Act). Belum berhenti sampai di situ, jika customer merasa puas terhadap produk atau jasa yang dibeli, maka ia akan merekomendasikan produk atau layanan tersebut kepada orang lain (Advocate).

Pada era Marketing 4.0, jejak customer berpindah-pindah dari online ke offline atau sebaliknya. Perilaku ini disebut dengan omni experience. Namun, era ini belum berbicara mengenai Artificial Intelligence (AI), robotik, dan lain-lain.

Era Marketing 4.0 sebatas berbicara mengenai basic dari dunia digital, berbeda dengan Marketing 5.0 yang berbicara mengenai teknologi yang jauh lebih advance.

Marketing 5.0: Teknologi untuk Kemanusiaan.

Dengan kebangkitan Generasi Z dan Generasi Alfa, inilah waktunya bagi pemasaran untuk berkembang sekali lagi. Minat dan perhatian utama dari dua generasi termuda ini adalah membidik ke dua arah. Pertama, membawa perubahan positif terhadap kemanusiaan dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Kedua, mendorong kemajuan teknologi lebih jauh ke depan dalam seluruh aspek kemanusiaan.

Pergerakan ke arah Marketing 5.0 didorong oleh lima tren besar. Dimulai dari jumlah generasi digital-savvy yang begitu besar, adopsi phygital lifestyle, dilema digitalisasi (dampak positif dan negatif), perkembangan teknologi yang kian matang, hingga simbiosis antara manusia dengan teknologi yang tidak bisa lagi terpisahkan.

Marketing 5.0 = Next Tech x New CX.

Marketing 5.0 berbicara mengenai Next Tech dan New CX. Pada era ini, optimalisasi bisnis dapat tercapai jika perusahaan mampu memanfaatkan teknologi untuk kepentingan kemanusiaan (humanity).

Kombinasi antara kekuatan teknologi dan manusia harus ditopang bersama. Hal ini disebut dengan istilah Next Tech atau bionics.

Artinya, teknologi yang maju selalu mencoba meniru manusia karena manusia adalah makhluk yang paling misterius. Manusia memiliki pemikiran, kreativitas, leadership, dan lain-lain yang tidak mudah untuk direplikasi ke dalam bentuk teknologi.

AI misalnya, mencoba meniru bagaimana otak manusia bekerja. Kemampuan manusia dalam berkomunikasi yang tak jarang kerap tidak terstruktur juga telah dicoba untuk direplikasi dengan teknologi Natural Language Processing (NLP).

Tidak berhenti sampai di situ, kemampuan sensing manusia telah mendorong kehadiran sensor tech, kemampuan moving melahirkan robotik, kemampuan berimajinasi menghasilkan mixed reality, hingga cara manusia dalam berkoneksi direplikasi ke dalam bentuk Internet of Things (IoT) dan Blockchain.

Sedangkan, New CX berbicara mengenai jejak customer di setiap tahapan 5A yang bisa berpindah-pindah, entah dari kanal online ke offline atau sebaliknya.

Dengan menggabungkan Next Tech dan New CX, maka customer experience akan semakin efisien, meaningful, dan bisnis Anda dapat meningkatkan value lebih bagi para customers.

Semoga rangkuman mengenai Proses Marketing 1.0 hingga 5.0 bermanfaat bagi Anda yang membutuhkan informasi ini.

Jangan lupa untuk membaca mengenai "Consumer Behavior" agar kita mengenal bagaimana konsumen mau membeli produk/jasa yang kita tawarkan : https://www.rantausimatupang.com/2023/12/consumer-behavior.html

Semoga informasi di atas bermanfaat ya.


Literatur : 
https://runsystem.id/id/blog/proses-pemasaran/#:~:text=Mulai%20dari%20perencanaan%2C%20riset%20pasar,yang%20wajib%20disusun%20secara%20matang.
https://himso.id/inilah-evolusi-marketing-dari-1-0-hingga-5-0/
https://www.marketeers.com/menilik-evolusi-era-marketing-1-0-hingga-5-0/
Lebih baru Lebih lama

Lihat juga:

WhatsApp Blast Gratis